PENYAKIT KULIT YANG MENIMBULKAN EFLORESENSI
PENYAKIT KULIT YANG MENIMBULKAN EFLORESENSI
Dermatitis Atopik (DA)
• Definisi : Radang kulit kronis dan residif, disertai gatal, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga pasien.
• Atopi : sekelompok penyakit pada individu yg mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya. Misal : Asma bronkial, rinitis alergik
• Sinonim : Ekzema Atopik, Ekzema Konstitusional, Ekzema fleksural, neurodermitis diseminata, prurigo Besnier
Patogenesis
• Konsep dasar terjadinya DA -> melalui reaksi imunologik, yang diperantarai oleh sel-sel yang berasal dari sumsum tulang
• Kadar IgE dlm serum pasien DA meningkat
• Jumlah Eosinofil darah perifer meningkat -> 2 hal ini Bukti bahwa ada hubungan sistemik antara DA & alergi saluran napas (80% anak asma bronkial/rinitis alergik menderita DA)
Gejala & Tanda
• Pruritus (Utama), dpt hilang timbul sepanjang hari, lebih hebat pada malam hari • Papul • Likenifikasi • Eritema timbul akibat pasien menggaruk • Ekskoriasi • Eksudasi
• Krusta
Dermatitis Kontak
• Definisi : dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit
• Jenis : dermatitis kontak secara garis besar dibedakan menjadi dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergi (DKA). Keduanya dapat berlangsung secara akut mapun kronis.
• DKI -> peradangan kulit non imunologik, didahului tanpa proses sensitisasi
• DKA -> peradangan kulit imunologik, ada proses sensitisasi terhadap suatu alergen
dermatitis kontak iritan (DKI)
• Etiologi : bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen minyak pelumas, asam, alkali dan serbuk kayu.
• Faktor individu :
ketebalan kulit (anak anak vs usia lanjut)
ras (kulit hitam vs kulit putih)
jenis kelamin (pria vs wanita)
penyakit lain (mis. Dermatitis atopik)
• Patogenesis :
Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
Kebanyakan bahan iritan merusak membran kulit keratinosit, tetapi sebagian lain dapat menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria, atau komponen inti.
Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik berupa eritema, edema, panas, nyeri bila iritan kuat. Jika bahan iritannya lemah menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak.
Dermatitis Kontak Alergik (DKA)
• Epidemiologi :
Bila dibandingkan DKI, jumlah penderita DKA lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensitif).
• Etiologi :
penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah (<1000 dalton), merupakan alergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum.
Gejala klinis :
• pasien umumnya mengeluh gatal.
• akut -> bercak erimatosa yang berbatas jelas kemudian diikuti edema, papulovesikel vesikel atau bula.
• kronis -> kulit kering, berskuama, papul likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tdak jelas.
Therapy :
Pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.
KS dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi perdangan pada DKA akut yang disertai dengan eritema, edema, vesikel atau bula,serta eksudatif (masidans), misalnya prednisolon.
Dermatitis Numularis
• Sinonim
– Ekzem numular
– Ekzem discoid
– Neurodermatitis numular
–
Definisi
– Dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang(coin) atau agak lonjong.
– Berbatas tegas.
– Efloresensi berupa papulovesikel.
– Biasanya mudah pecah sehingga basah.
• Gambaran klinis
– Umumnya mengeluh sangat gatal
– Lesi akut -> berupa vesikel dan papulovesikel (0.3 – 1 cm)
– Kmdn membesar dg cr meluas ke samping à membentuk uang logam (coin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas.
– Penyembuhan dimulai dari tengah -> shg terkesan menyerupai dermatomikosis.
– Lesi yg lama -> berupa likenifikasi dan skuama.
– Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan termasuk punggung tangan.
– Cenderung hilang timbul, ada pula yg terus menerus, kcl dlm periode pengobatan.
– Bila tjd kekambuhan -> umumnya tjd pd tempat semula.
Neurodermatitis sirkumskripta/ Liken Vidal/ liken simplek kronik
• Definisi
– Peradangan kulit kronis, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang.
• Etiopatogenesis
– Belum diketahui, diduga pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan mediator / aktivitas enzim proteolitik.
– Adapula penelitian melaporkan bahwa garukan dan gosokan mungkin respon terhadap stres emosional.
– Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari seperti gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma hodgkin, hipertiroidia, gluten-sensitiveenteropathy, polisitemia rubra vera, dan infeksi pada HIV
– Faktor lain: pada perokok pasif, alergen seperti debu, rambut, makanan, bahan – bahan pakaian yang dapat mengiritasi kulit, infeksi dan keadaan berkeringat.
– Keadaan ini menimbulkan iritasi kulit sehingga penderita sering menggaruknya. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi penebalan kulit. Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga merangsang penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit.
• Diagnosa banding :
- Dermatitis Atopik
• Keluhan gatal dan terdapat likenifikasi. Lokasi Dermatitis Atopik di lipat siku dan lipat lutut (fleksor), sedangkan pada Liken Simpleks Kronis di siku dan punggung kaki (Ekstensor), ada pula yang di tengkuk. Dermatitis Atopik biasanya sembuh dalam usia 2 tahun sedangkan Neurodermatitis dapat berlanjut sampai tua
- Dermatitis Numularis
• Lesi berbentuk uang logam, terdiri atas eritem, edema dan kadang-kadang vesikel,krusta atau papul. Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama. Tempat predileksi tungkai bawah, badan, punggung tangan dan lengan bawah.
LICHEN SIMPLEX CHRONICUS
• Definisi
– Peradangan kulit kronis, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang.
• Etiopatogenesis
– Belum diketahui, diduga pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan mediator / aktivitas enzim proteolitik.
– Adapula penelitian melaporkan bahwa garukan dan gosokan mungkin respon terhadap stres emosional.
– Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari seperti gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma hodgkin, hipertiroidia, gluten-sensitiveenteropathy, polisitemia rubra vera, dan infeksi pada HIV
– Faktor lain: pada perokok pasif, alergen seperti debu, rambut, makanan, bahan – bahan pakaian yang dapat mengiritasi kulit, infeksi dan keadaan berkeringat.
– Keadaan ini menimbulkan iritasi kulit sehingga penderita sering menggaruknya. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi penebalan kulit. Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga merangsang penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit.
• Gejala klinis
– Gatal – gatal di lokasi yang biasa antara lain tengkuk, occiput (lichen Simplex Nuchea) khususnya pada wanita, sisi leher, tungkai bawah, pergelangan kaki sering pada pria, skalp, paha bagian medial, lengan bagian ekstensor, skrotum dan vulva, juga diatas alis/ kelopak mata dan periauricle.
– Pada stadium awal kelainan kulit berupa plak eritem dan edema atau kelompok papul, selanjutnya karena garukan berulang bagian tengah menebal, kering dan berskuama serta pinggirnya hiperpigmentasi. Ukuran lesi lentikular sampai plakat, bentuk umum lonjong atau tidak beraturan.
Penyakit Kulit Yang Menimbulkan HIPOPIGMENTASI
Pitiriasis Alba
Definisi
• Merupakan bentuk dermatitis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya.
• Ditandai dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta meninggalkan area yang depigmentasi.
Etiologi
• Diduga:
– Streptococcus
– Impetigo
– Dermatitis non-spesifik, yang belum diketahui penyebabnya
Gejala klinis
• Pitiriasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun (30-40%).
• Wanita dan pria sama banyak.
• Dengan gejala :
– Lesi berbentuk bulat, oval, atau plakat yang tak teratur.
– Warna merah muda atau sesuai warna kulit dengan skuama halus.
– Bercak biasanya multipel 4 – 20 dengan diameter antara ½ - 2 cm.
• Lokasi :
– Pada anak-anak kelainan pada muka (50-60%) -> Paling sering di sekitar mulut, dagu, pipi serta dahi.
– Lesi dapat dapat dijumpai pada ekstremitas dan badan.
– Dapat simetris pada bokong, paha atas, punggung dan ekstensor lengan, tanpa keluhan.
– Lesi umumnya menetap, terlihat sebagai leukoderma setelah skuama menghilang.
Impetigo
• Infeksi kulit superfisial
• Etiologi: Staphylococcus aureus , Staphylococcus pyogenes
• Bila hanya di epidermis: Impetigo
Bila terus sampai dermis: Ecthyma
• Karakterisasi: krusta erosi atau krusta ulcer.
• Karakterisasi: krusta erosi atau krusta ulcer
• Infeksi melalui:
• Infeksi primer pada lesi minor di kulit
• Infeksi sekunder pada kelainan kulit yang sudah ada -> Pre Existing Dermatoses - atau ada penyebab lain sebelum terjadi Impetiginization
Klasifikasi Klinik:
1. Impetigo Krustosa (Impetigo vulgaris; impetigo contagiosa; Tillbury Fox)
2. Impetigo Bulosa
3. Impetigo Neonatorum
4. Impetigo Bockhart (Superficial Folliculitis)
5. Impetigo Ulcerative (Ecthyma)
Tinea Versicolor
• Penyakit jamur superfisial kronik, tidak ganas yang biasanya tidak memberikan keluhan subyektif
• Berupa bercak berskuama halus berwarna putih sampai coklat hitam
• Menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala
• Disebut juga pitiriasis vesikolor, kromofitosis, dermatomikosis, liver spots, tinea flava, pitiriasis versicolor flava dan PANU
Patogenesis
• Flora normal pada kulit yg berhub dgn timbulnya tinea versicolor -> Pityrosporum orbiculare (bulat) dan Pityrosporum ovale (lonjong) -> dapat berubah sesuai dgn lingkungan (suhu, media dan kelembaban)
• Etiologi Tinea versicolor adalah Malassezia furfur (nama genus baru: Malassezia) -> flora normal kulit dalam fase spora dan miselium
• Faktor predisposisi menjadi patogen -> endogen (defisiensi imun) atau eksogen (suhu, kelembaban udara dan keringat)
Vitiligo and Post Inflamatory Hypopigmentation
Kelainan Pigmen Melanosis
• Warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai pigmen.
• Penentuan warna kulit adalah karoten, melanin, oksihemoglobin dan hemoglobin bentuk reduksi, yang paling berperan adalah pigmen melanin.
• Melanosis adalah kelainan pada proses pembentukan pigmen melanin kulit dapat berupa :
– Hipermelanosis (melanoderma) bila produksi pigmen bertambah atau sel melanosit bertambah
– Hipomelanosis (leukoderma) bila produksi pigmen berkurang atau tidak adanya sel melanosit
• Vitiligo adalah suatu kelainan kulit akibat gangguan pigmentasi (hipomelanosis) idiopatik yang ditandai dengan adanya makula putih yang dapat meluas.
• Dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit, misalnya rambut dan mata.
ETIOLOGI
Teori patogenesis:
1. Teori Neurogenik
– Suatu mediator neurogenik dilepaskan dan senyawa tsb dapat menghambat melanogenesis serta dapat menyebabkan efek toksik pada melanosit.
2. Teori Autoimun
– Kelainan sistem imun menyebabkan terjadinya kerusakan pada melanosit.
– Penyakit autoimun yang sering dihubungkan dengan vitiligo antara lain adalah tiroiditis (Hashimoto), anemia pernisiosa, penyakit Addison, alopesia areata dsb.
3.Teori rusak diri (self destruction theory)
4.Metabolit (kuinon) yang timbul dalam sintesis melanin menyebabkan destruksi melanosit.
5.Teori Autositotoksik
– Sel melanosit membentuk melanin melalui oksidasi tirosin ke DOPA dan DOPA ke dopakinon. Dopakinon akan dioksidasi menjadi berbagai indol dan radikal bebas.
KLASIFIKASI
a. Vitiligo Fokal (Localized) : satu atau lebih makula pada satu area, tetapi tidak segmental.
b. Vitiligo Segmental : distribusinya khas, dengan lesi vitiligo yang unilateral dalam suatu distribusi dermatom atau quasidermatom. Tipe ini dikatakan sebagai suatu jenis vitiligo yang bersifat stabil.
c. Vitiligo Mukosal : hanya terdapat pada membrane mukosa.
d. Generalisata
Hampir 90% penderita secara generalisata dan biasanya simetris.
Vitiligo generalisata dapat dibagi menjadi :
a. Akrofasial : depigmentasi hanya terjadi dibagian distal ektremitas dan muka, merupakan stadium mula vitiligo generalisata.
b. Vulgaris : makula tanpa pola tertentu di banyak tempat.
c. Campuran : depigmentasi terjadi menyeluruh atau hampir menyeluruh merupakan vitiligo yang total.
Post inflamatory hypopigmantation
Leprosis dan Lepra Reaction
• Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat
• Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat
• Sinonim -> Lepra, Morbus Hansen
Etiologi
• Kuman penyebab adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh G.A Hansen pada tahun 1874 di Norwegia, yang sampai sekarang belum dapat di biakkan dalam media artifisial
• M.leprae berbentuk basil dengan ukuran 3-8 Um x 0,5 Um, tahan asam dan alkohol serta Gram (+)
SELENGKAPNYA:
DOWNLOAD:PenyakitKulit.ppt
Search
Categories
- Cardiovascular (8)
- Case (38)
- Dermatology (3)
- Disease (37)
- Endokrin (3)
- Etika Kedokteran (3)
- Geriatri (5)
- Hematology (8)
- Hepatologi (5)
- Imunologi (3)
- Infection Disease (5)
- Mikrobiologi (4)
- Neurology (7)
- Opthalmologi (2)
- Parasitologi (2)
- Patologi Klinik (6)
- Pediatric (4)
- Psikiatri (2)
- Reproduksi (3)
- Respiratory (5)
- Siklus Hidup (8)
- THT (3)